Sistem komunikasi satelit memanfaatkan sistem gelombang mikro yang bekerja. Prinsip dasar yang yang memungkinkan gelombang radio dapat di propagasi
Sistem komunikasi satelit memanfaatkan sistem gelombang mikro yang bekerja pada frekuensi di atas 1 GHz, dimana sifat perambatan gelombangnya secara umum mengikuti sifat perambatan cahaya yaitu Line of Sight (LoS) atau merambat secara garis lurus. Sistem gelombang mikro dapat digunakan pada sistem terestrial (merambat mengikuti permukaan bumi) maupun sistem satelit. Sejak tahun 1950 sistem gelombang mikro telah menjadi pilihan utama sebagai pembawa informasi jarak jauh.
Komunikasi melalui satelit amatir bisa digunakan dalam situasi apa pun, khususnya saat bencana alam.
"Ketika terjadi bencana seperti gempa, semua BTS akan terganggu dan rusak. Bahkan sumber energi dari PLN juga tidak beroperasi. Disinilah akan breakdown seluruh sistem komunikasi di 900 MHz dan 1.800 MHz di telepon genggam yang biasa kita gunakan, akan terputus sistem komunikasinya. Jika bencana seperti ini, pasti kabel pun terputus," ujar Jasyanto, dalam keterangan tertulis, Senin, 1 Oktober 2018.
Solusi untuk dapat tetap berkomunikasi saat bencana ialah melalui HT dengan repeater dari Satelit Lapan-A2/Lapan- ORARI. Dengan Uplink di 145.880 dan downlink di 435.880 yang memiliki cakupan luas, maka dapat berkomunikasi dengan pihak luar dalam jarak yang jauh, bahkan bisa sampai 1.200 km dari tempat sumber komunikasi.
"Karena komunikasi ini melalui satelit sebagai pengulang yang tidak terhalang dan tinggi di atas dengan ketinggian 650 km Dpl, maka akan sangat jauh cakupannya," katanya.
Pada kesempatan ini, LAPAN juga memperkenalkan teknologi pembuatan suatu satelit yang sangat berguna untuk keperluan umum dan diharapkan dapat menarik kecintaan masyarakat untuk lebih mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi.
klik link ini
Nama - nama peserta Lokal Solok
Sistem komunikasi satelit memanfaatkan sistem gelombang mikro yang bekerja pada frekuensi di atas 1 GHz, dimana sifat perambatan gelombangnya secara umum mengikuti sifat perambatan cahaya yaitu Line of Sight (LoS) atau merambat secara garis lurus. Sistem gelombang mikro dapat digunakan pada sistem terestrial (merambat mengikuti permukaan bumi) maupun sistem satelit. Sejak tahun 1950 sistem gelombang mikro telah menjadi pilihan utama sebagai pembawa informasi jarak jauh.
Komunikasi melalui satelit amatir bisa digunakan dalam situasi apa pun, khususnya saat bencana alam.
"Ketika terjadi bencana seperti gempa, semua BTS akan terganggu dan rusak. Bahkan sumber energi dari PLN juga tidak beroperasi. Disinilah akan breakdown seluruh sistem komunikasi di 900 MHz dan 1.800 MHz di telepon genggam yang biasa kita gunakan, akan terputus sistem komunikasinya. Jika bencana seperti ini, pasti kabel pun terputus," ujar Jasyanto, dalam keterangan tertulis, Senin, 1 Oktober 2018.
Solusi untuk dapat tetap berkomunikasi saat bencana ialah melalui HT dengan repeater dari Satelit Lapan-A2/Lapan- ORARI. Dengan Uplink di 145.880 dan downlink di 435.880 yang memiliki cakupan luas, maka dapat berkomunikasi dengan pihak luar dalam jarak yang jauh, bahkan bisa sampai 1.200 km dari tempat sumber komunikasi.
"Karena komunikasi ini melalui satelit sebagai pengulang yang tidak terhalang dan tinggi di atas dengan ketinggian 650 km Dpl, maka akan sangat jauh cakupannya," katanya.
Pada kesempatan ini, LAPAN juga memperkenalkan teknologi pembuatan suatu satelit yang sangat berguna untuk keperluan umum dan diharapkan dapat menarik kecintaan masyarakat untuk lebih mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi.
klik link ini
Nama - nama peserta Lokal Solok